Adat Istiadat Jawa Barat – Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Sahabat Biru. Selamat pagi, siang, sore, malam, dimanapun Sahabat Biru berada semoga dalam keadaan sehat selalu.
Provinsi Jawa Barat mungkin sudah tidak asing bagi Sahabat Biru, karena bisa dibilang provinsi tersebut menjadi pusak penduduk di Indonesia.
Apakah Sahabat Biru tahu Provinsi Jawa Barat bermayoritas suku apa?
Benar, suku Sunda adalah mayoritas suku di Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat bisa dibilang masih mempunyai adat istiadat yang cukup kental. Beberapa masyarakat disana masih menjaga tradisi.
Berikut beberapa adat istiadat yang ada di Jawa Barat.
Wayang Golek

Wayang golek adalah salah satu adat istiadat dari Jawa Barat atau masyarat sunda. Wayang golek merupakan penampilan permainan boneka kayu yang digerakan oleh seorang dalang.
Cerita dalam wayang golek biasanya berceritakan tentang cerita yang bersejarah. Pertunjukan ini biasanya diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Barat yang disebut dengan degung.
Sang Dalang harus sudah ahli dalam menggerakan wayang dan memerankan tokoh yang dimainkannya. Pada penampilannya wayang golek dipergelarkan pada malam hari sampai dini hari.
Wayang golek pada zaman lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat. Fungsinya relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat di lingkungan, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal itu bisa kita lihat di beberapa tempat ketika ada orang yang menikah atau acara-acara lain.
Degung

Degung merupakan salah satu gamelan khas dari masyarakat suku Sunda. Awal perkembangan Degung ini diperkirakan sekitar akhir abad ke 18 sampai awal abad ke 19.
Kerajaan Galuh memiliki pengaruh tersendiri terhadap kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang yang banyak diwarnai kondisi sungai. Contohnya seperti lagu Manintin, Galatik Manggut, Kintel Buluk, dan Sang Bango.
Gamelan Degung sendiri terdiri atas 7 Waditra pokok, yaitu:
- Bonang
- Saron Panerus (Penerus)
- Saron Cempres
- Jenglong
- Goong
- Kendang dan Kulanter
- Suling Degung (lubang 4)
Degung sebagai nama seperangkat gamelan yang digunakan oleh masyarakat Sunda, yakni gamelan-degung. Walaupun sama-sama berasal dari sunda,gamelan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan pelog-salendro.
Pada umumnya Degung selalu ada di acara nikahan yang masih menggunakan adat istiadat Jawa Barat. Degung biasanya digunakan sebagai musik pengiring di setiap acara atau kesenian khas sunda.
Rampak Gendang

Adat istiadat Jawa Barat selanjutnya adalah Rampak Gendang. Rampak Gendang/Rampak Kendang adalah salah satu kreasi seni dari tanah Sunda.
Rampak kendang berasal dari kata “kendang serempak”. Jadi maksud dari rampak Kendang adalah bermain kendang secara serempak atau bersama-sama.
Permain Rampak Gendang bukan hanya menggunakan Gendang saja, walaupun namanya Rampak Gendang. Instrument yang digunakan cukup bermacam-macam, seperti saron, goong, dan masih banyak lagi yang bisa dipadukan dengan rampak ini.
Rampak ini biasa dimainkan oleh banyak orang, mulai dari belasan sampai puluhan, hal ini bertujuan untuk meramaikan permainan.
Kendang dibagi dua, ada kendang duduk dan ada kendang diri. Kendang duduk biasanya lebih banyak dari pada kendang diri, karena bisa dibilang kendang duduk adalah nafas dari rampak itu sendiri.
Para pemain kendang duduk ini biasanya halus dan lemah gemulai. Walaupun gerakannya lemah gemulai, tersembunyi kekuatan yang cukup besar. Untuk menabuh kendang tidak lah mudah, butuh usaha dan latihan keras. Baru lah bisa membuat kendang tersebut bersuara.
Sesuai namanya, Kendang Duduk dimainkan sambil duduk. Jumlah kendang duduk ada tiga buah. satu kendang utama yang besar di tengah dan dua kendang kecil yang berada di kiri kanan kendang utama.
Kendang duduk ini bisa dibiling special, karena para pemainnya diberi kesempatan menabuh kendang sambil berdiri.
Berbeda dengan kendang diri. Kendang diri ini lebih gagah dan keren. Kendang diri dimainkan sambil berdiri dengan menggunakan stik yang mirip seperti stik drum tapi lebih pendek kayunya dan lebih tebal.
Pemain kendang diri biasaya berjumlah dua orang. Pemain kendang diri sama-sama harus menggunakan tenaga lebih agar bisa mengimbangi kendang duduk.
Main rampak ternyata dapat menimbulkan perasaan bersemangat yang sangat tinggi. Yang istimewa,bermain rampak itu menuntut kerja sama agar bisa memunculkan nada-nada yang berirama konsisten dan juga terdengar indah.
Sisingaan

Sisingaan adalah salah satu kesian khas sunda dan menjadi adat istiadat Jawa Barat. Tidak seperti upacara adat Sumbar yang menggunakan hewan asli, Sisingan ini menampilakn 2-4 boneka singa yang dpikul oleh para pemainnya sambil menari.
Ada seorang anak atau tokoh masyarakat yang duduk di atas singa yang sedang dipikul tadi. Anak yang duduk di atas biasanya anak yang baru dikhitan.
Ada beberapa pendapat tentang asal-usul terciptanya kesenian sisingaan ini. Disini saya akan mengambil satu pendapat saja.
Sejarah mengatakan bahwa kesenian sisingaan tercipta sekitar tahun 1840 oleh para seniman yang berasal dari daerah Ciherang, Kabupaten Subang. Pada waktu itu, kabupaten Subang pernah “dimiliki” oleh orang Belanda dan Inggris, mereka mendirikan P & T Lands.
Hal ini menyebabkan seolah-olah Subang menjadi daerah pemerintahan ganda, karena secara politis dikuasai oleh Belanda, tetapi secara ekonomi berada di bawah pengaruh para pengusaha P & T Lands.
Akibatnya, rakyat Subang menjadi sangat menderita. Dalam kondisi semacam ini.
Kesenian sisingaan lahir sebagai suatu bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajahan dari kedua bangsa tersebut. untuk menegaskan bahwa kesenian sisingaan adalah suatu bentuk perlawanan, maka digunakan dua buah boneka singa yang merupakan lambang dari negara Belanda dan Inggris.
Dalam perkembangannya, kesenian sisingaan tidak hanya menyebar ke daerah-daerah di Kabupaten Subang, melainkan juga ke kabupaten-kabupaten lain di Jawa Barat.
Selain menyebar ke beberapa daerah, kesenian ini juga mengalami perkembangan. Perkembangannya baik dalam bentuk penyempurnaan boneka singa, kostum pemain, penataan tari, maupun waditra dan lagu-lagu yang dimainkan.
Pemain sisingaan biasanya beranggotakan laki-laki dewasa yang terdiri dari:
- Pemimpin kelompok
- 8 orang penggotong boneka singa (4 orang disetiap boneka)
- pemain waditra
- satu atau dua orang jajangkungan (pemain yang menggunakan kayu sepanjang 3-4 meter untuk berjalan).
Para pemain ini bukan lah orang sembarangan. Mereka adalal orang-orang yang sudah ahli baik dalam tarian maupun memainkan waditra. Keahlian ini sangat diperlukan, agar gerak tari yang dimainkan sambil menggotong boneka singa bisa selaras.
Sisingaan ini memiliki nilai budaya yang cukup tinggi. Nilai-nilai itu antara lain adalah kekompakan, kerja sama, ketertiban, dam ketekunan.
Pencak Silat

Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Pencak Silat sudah dikenal hampir di seluruh kawasan Asia Tenggara, mulai dari Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan.
Di Jawa Barat Pencak Silat sudah ada sejak pemerintahan raja-raja Sunda kuno dan menjadi kesenian beladiri yang sangat popular.
Di kebanyakan pesantren Pencak Silat menjadi olahraga paling diminati oleh para santri. Adakalanya seni beladiri ini disertai dengan ilmu kekebalan.
Ketika di zaman penjajahan Belanda, Pencak Silat ini digunakan untuk membela diri dari ganasnya penajajahan.
Di zaman sekarang Pencak Silat sudah dijadikan olahraga resmi, bahkan sampai ada organisasinya yang bernama Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).