Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Sahabat Biru. Selamat pagi, siang, sore, malam, dimanapun Sahabat Biru berada semoga dalam keadaan sehat selalu. kali ini kita akan membahas tentang Ciri Khas Suku Dani.
Bagi Sahabat Biru yang belum tahu tempat asal suku Dani, suku Dani adalah salah satu suku yang berasal dari Papua. Dani adalah salah satu dari banyaknya suku bangsa yang terdapat atau bermukim di wilayah Papua, Indonesia.Dani juga mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya.
Berbeda dengan Suku Asmat, ciri khas Suku Dani dikenal sebagai seorang petani handal yang sangat ahli dalam penggunaan alat-alat. Suku Dani ahli dalam alat-alat seperti kapak batu, alat pengikis, pisau dari tulang binatang, tongkat galian, dan tombak kayu.
Sejarah
Asal usul suku Dani sebenarnya masih kabur . Ada yang berasumsi bahwa masyarat ini merupakan gelombang awal perpindahan manusia dari daratan Asia pada ribuan tahun lalu.
Walaupun mereka awalnya diperkirakan datang sebagai masyarakat sebelum pertanian, namun sekarang mereka sudah menerapkan sistem bercocok tanam di ladang. Tanaman utama mereka adalah ubi jalar.
Secara administrasi daerah pemukiman suku Dani ini termasuk wilayah Kabupaten Jayawijaya ibukota Wamena. Kediaman suku Dani ini dapat ditemukan pada ketinggian 800-3000 mdpl.
Kepercayaan

Dasar religi masyarakat Dani adalah menghormati roh nenek moyang dan juga diselenggarakannya upacara pesta babi. Konsep kepercayaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal. Kekuatan tersebut meliputi:
- Kekuatan menjaga alam
- Kekuatan menyembuhkan penyakit
- Dan kekuatan menyuburkan tanah
Waalupun bukan agama resmi, suku Dani mempunyai sebuah kepercayaan. Suku Dani mempercayai banyak makhluk halus yang berada di langit dan bumi, maupun di bawah tanah.
Bahasa
Bahasa suku Dani terbagi ke dalam dua dialek, yaitu dialek Dani Barat yang lebih dikenal sebagai bahasa Laany atau Lani, dengan penuturnya sekitar 134.000 jiwa. Kedua dialek Dani Lembah Besar atau Dani Baliem, dengan penuturnya sekitar 50.000 jiwa. Bahasa suku Dani termasuk kelompok bahasa pegunungan bagian barat.
Pakaian Khas Suku Dani

Pakaian suku Dani sangatlah minim. Nama pakaian khasnya adalah Koteka. Para laki-laki cukup menutupi kemaluannya dengan kulit labu yang sudah kering. Sedangkan wanita hanya memakai rok dari serat rumput.
Gaya memakai Koteka ada dua macam. Saat bekerja mereka memakai Koteka yang pendek. Dalam acara resmi mereke memakia Kota dengan model yang panjang. Koteka juga bisa dihias, ada yang diukir dengan motif tertentu, ataupun hanya dibentuk melingkar-lingkar.
Tapi di zaman sekarang sudah ada beberapa masyarakat yang memakai baju.
Rumah Adat Suku Dani

Rumah suku Dani terbagi menjadi dua macam, yang pertama adalah Honai. Rumah adat suku Dani ini ukurannya bisa dibilang cukup kecil. Bentuknya bundar, berdinding kayu dan beratapkan jerami. Honai dikhususkan untuk para laki-laki, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak.
Konstruksinya melingkar dalam diameter atap kerucut 4-5 meter, ditutup dengan atap kerucut dari rumput-rumput kering. Tinggi dari lantai hingga langit-langit kurang lebih hanya 1 meter. lantainya tanah yang digali beberapa inchi lalau ditutupi oleh rumput kering yang tebal.
Rumah adat suku Dani yang kedua adalah Ebe’ai, atau bisa disebut juga Hoanainya perempuan. Ebe’ai ini jug abiasa digunakan sebagai rumah berkumpul keluarga.
Bentuk Ebe’ai tidak jauh berbeda dari Honai. Bentuknya hanya sedikit lebih persegi dan ukurannya lebih kecil dari Honai untuk para laki-laki.
ternyata berarapkan jerami, berdindingkan kayu dan beralaskan rumput kering, membuat suasa di dalam menjadi sejuk. Jika dirasa suhu sudah mulai terlalu dingin, mereka menyalakan perapian yang sudah ada di tengah rumah. Mereka sudah terbiasa menghirup asap dalam waktu yang lama.
Di dalam rumah tidak ada perabotan rumah seperti kasur, meja, lemari, kursi, dll. Di dalam hanya berisikan tungku api yang berada di tengah rumah untuk menghangatkan suhu. Walaupun kecil dan sederhana, namun terasa bersahaja.
Selain sebagai tempat tinggal, Honai juga bisa digunakan untuk berbagai tempat penyimpanan. Ada Honai yang dikhususkan untuk menyimpan padi, umbi-umbian, dan hasil ladang lainnya.
Ada juga Honai yang dikhususkan untuk pengasapan mumi. Fungsi tersebut bisa kita temukan di Desa Kerulu dan Desa Aikima, 2 tempat mumi terkenal di Lembah Baliem.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian suku bangsa Dani ialah bercocok tanam ubi jalar dan ubi kayu yang disebut hipere. Selain berkebun mata pencaharian suku Dani ialah beternak babi. Babi dipelihara dalam kandang yang bernama wamai.
Bagi suku bangsa Dani, babi memiliki manfaat yang cukup banyak. Babi dimanfaatkan dagingnya untuk dimakan, tulang-tulangnya untuk pisau dan hiasan dan darahnya untuk perlengkapan upacara adat. Berbeda dengan upacara adat sumbar yang memburu babi karena menjadi hama perkebunan.
Peralatan Hidup

Peralatan hidup suku Dani dari dulu sampai sekarang umumnya masih terbuat dari bahan-bahan alam dan masih tradisional. Bahan yang digunakan antara lain kayu, batu, serat tumbuh-tumbuhan, bambu, tulang dan taring hewan.
Yang menjadi ciri lhas suku Dani, mereka masih menggunakan Kapak Batu sebagai alat pemotong. Kapak Batu juga bisa digunakan sebagai alat tukar untuk mendapatkan barang-barang dari suku lain.
Untuk menyiduk lumpur ketika membentuk saluran air di ladang, mereka sering menggunakan alat semacam sekop. Fungsinya adalah agar ladang tetap kering.
Untuk kemudahan memasak dengan batu panas, mereka menggunakan jepitan yang terbuat dari kayu. Untuk barang-barang kecil mereka bawanya dengan keranjang yang dianyam seperti jala. Jika bepergian mereka selalu membawa perlengkapan pembuat api.
Senjata utama mereka adalah busur dan tombak dari kayu. Selain untuk berperang, senjata ini digunakan untuk berburu babi hutan, kus-kus, burung, dan lain-lain. Itu lah yang menjadi ciri khas suku Dani
Fakta Unik
1. Mumi Leluhur

Salah satu hal menarik dan membedakan Suku Dani dengan suku lainnya adalah mereka mempunyai mumi. Biasanya mumi ini adalah leluhur yang dianggap memiliki jasa yang sangat besar.
Salah satu mumi paling tua yang ada sudah berusia 300 tahun. Mumi ini mempunyai nama Wim Motok Mabel dan selalu ditempatkan di Honai atau rumah laki-laki.
2. Kepercayaan Roh Nenek Moyang

Seperti yang dibilang sebelumnya, Suku Dani tidak mengenal agama yang resmi di Indonesia. Mereka mempunyai sebuah kepercayaan yang menghormati roh leluhur sebagai kekuatan besar di alam semesta. Mereka percaya jika kekuatan sakti akan diturunkan dari generasi ke generasi turun temurun.
3. Tradisi Pesta Bakar Batu

Ciri khas suku Dani yang lainnya adalah peseta membakar batu sebagai wujud kerukunan. Pesta ini sering diadakn jika salah satu masyarakat suku Dani ada yang menikah, kelahiran, ataupun kemenangan perang. Pesta ini disiapkan oleh semua orang yang ada di desa, oleh laki-laki maupun perempuan, yang tua hingga yang muda tanpa terkecuali.
Mereka memasak babi dan umbi-umbian. Bahan makanan tersebut akan dimasukkan ke dalam lubang yang telah diberi batu dan dedaunan. Mereka memasak bahan makanan yang sangat banyak untuk dibagikan ke semua orang yang ada.
4. Perang Di Era Modern

Seperti suku-suku yang ada dunia, Suku Dani juga sering melakukan perang untuk menjaga harga diri dan merebut makanan. Di masa lalu mereka berperang hingga banyak korban yang harus merenggut nyawa. Pemicu konflik biasanya untuk merebut kepemilikan tanah.
Di era modern ini, peperangan yang memakan korban jiwa tidak lagi dilakukan. Perang dilakukan setahun sekali di Lembah Baliem yang jadi tempat tinggal Suku Dani. Pada festival ini Suku Dani akan berperang dengan suku lain seperti Suku Lani dan Suku Yali.
Perang disini untuk menyambut para wisatawan yang berkunjung untuk melihat tradisi unik Suku Dani dan menjadi ciri khas Suku Dani. Tentu saja perang ini untuk pertunjukan dan melestarikan tradisi.
5. Tradisi Potong Jari

Mereka tidak akan menangis atau membaca doa ketika ditinggal mati oleh orang-orang terdekatnya. Suku Dani mempunyai tradisi unik dalam mengungkapkan rasa berduka cita.
Suku Dani akan memotong ruas jari mereka sebagai perwujudan rasa sakit karena telah ditinggalkan. Ada beberapa cara untuk memotong jari mereka, yaitu dengan menggunakan benda tajam, ditali hingga jari mati lalu dipotong, atau digigit hingga terputus.
Walaupun terdengar aneh dan mengerikan, tapi inilah ciri khas suku Dani yang membedakannya dengan suku lain.