Penyebab dan Akhir Dari Perang Aceh

3 min read

Perang Aceh merupakan perang yang paling lama dan menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan.

Perang ini juga merupakan perang terakhir yang dilakukan Belanda dalam rangka mengadakan Pax Neerlandica.

Perang Aceh ini adalah peperangan antara Kesultanan Aceh melawan Belanda yang dimulai pada tahun 1873 hingga tahun 1904.

Perang Aceh yang terjadi selama tiga puluh tahun memiliki dua sifat perlawanan, yaitu perlawanan yang bersifat nasional, dan perlawanan yang bersifat agamis.

Berikut adalah penyebab dan kronologi perang yang terjadi di Aceh.

Jenis Perlawanan Perang Aceh

jenis perlawanan perang-aceh
geunta.com

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, ada dua jenis atau dua sifat perlawanan Aceh. Berikut penjelasannya:

1. Ada perlawanan yang bersifat nasional. Tujuan dari perlawanan ini untuk mempertahankan kemerdekaan Negara dari jajahan Belanda.

Perlawanan ini dipimpin oleh Sultan Dawotsyah, Teuku Umar, dan Panglima Polem yang di mana mereka adalah kaum bangsawan (Teuku).

Pada umumnya, mereka lebih memilih untuk berkompromi dengan Belanda, agar kedudukannya dalam pemerintahan dan masyarakat tidak hilang.

Mereka bersedia menandatangani Perjanjian Pendek (Korte Verklaring).

2. Selain yang bersifat nasionalis, ada juga yang bersifat agamis. Perlawanan ini dipimpin oleh para ulama (Teungku) Seperti Cik di Trio.

Mereka tidak mengenal kompromi dan tidak mudah menyerah. Mereka menganggap perang tersebut sebagai jihad, perang suci karena didasarkan agama.

Penyebab Terjadinya Perang Aceh

penyebab terjadinya perang aceh
tni.mil.id

Penyebab terjadinya oerang di tanah Aceh diakibat kan oleh beberapa faktor, ada yang umum dan aja juga yang khusus.

Penyebab Umum

1. Aceh berpendapat, bahwa daerah Sumatra Timur merupakan wilayah yang didapat pada masa kejayaan.

Sedangkan Belanda menganggap bahwa daerah itu diperoleh dari Sultan Siak sebagai upah membantu Siak dalam perang saudara sesuai dengan Traktat Siak 1858.

Maka dari itu terjadi kesalah pahaman yang menyebabkan terjadinya peperangan antara Aceh dan Belanda.

2. Setelah Terusan Suez selesai tahun 1869, Aceh merupakan daerah yang penting, karena pelayaran internasional dari Eropa ke Asia melalui perairan Aceh.

3. Makin berkembangnya Imperialisme modern yang berusaha memperoleh tanah jajahan untuk dijadikan sumber bahan industry dan pasaran industri.

Negara-negara imperialis berlomba-lomba memperoleh tanah jajahan untuk keperluan tersebut.

4. Politik ekspansi Belanda ke luar Jawa dalam usahanya mewujudkan Pax Neerlandicatidak terhalang lagi oleh daerah Aceh yang menyulut kekesalan Belanda.

Dikarenakan adanya Treaty of Sumatra (1871) Inggris berjanji tidak akan menghalangi Belanda meluaskan daerahnya di Sumatra.

Sebab Khusus

Aceh yang ingin mempertahankan kedaulatannya menolak tuntutan Belanda untuk tidak berhubungan dengan Negara asing dan mengakui Belanda sebagai yang ‘Dipertuankan’.

Periode Perang Aceh

periode perang aceh
antarafoto.com

Perang Aceh dibagi dalam tiga periode sebagai berikut:

Masa Permulaan

Belanda menyerang Kotaraja (Banda Aceh) dan menduduki daerah sekitarnya, sehingga Sultan Aceh menyingkir ke pedalaman.

Belanda yang tidak mendapatkan jawaban atas tuntutannya agar Aceh mengakui Belanda sebagai yang ‘Dipertuankan’ menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873.

Serangan pertama dilakukan dengan kekuatan tiga ribu orang di bawah pimpinan Jendral Kohler.

Jendral Kohler tewas dalam perlawanan yang dilakukan rakyat Aceh saat ia tengah melakukan peninjauan didekat Masjid Raya Aceh. Usaha Belanda merebut istana Sultan pun gagal.

Lalu Belanda melakukan serangan kedua yang dipimpin oleh Letjen Van Swieten dengan kekuatan 7.000 orang.

Dikarenakan sistem perang menggunakan senjata dan kekerasan tidak juga terselasaikan, maka dipergunakan ssstem ‘senjata social’.

Agar mau berdama, Belanda membujuk Perdana Mentri Habib Abdurrakhman Al Zahir i, dengan dijanjikan uang tahunan $ 10.000 dan bertempat tinggal di Negara asalnya yaitu Arab (1878).

Adapun raja-raja kecil telah berhasil dikuasai dengan disodorkan perjanjian pendek.

Masa Konsentrasi Stelsel

Belanda hanya dapat bertahan di daerah yang telah didudukinya karena tidak memiliki biaya yang cukup untuk menyelesaikan perang Aceh dalam waktu singkat.

Belanda membentuk pemerintahan sipil yang dipertahankan dengan membentuk pos-pos yang dihubungkan dengan kendaraan.

Diluarnya diadakan tanah-tanah terbuka untuk mengetahui apabila ada musuh yang menyerang.

Teuku Umar berpura-pura menyerah pada Belanda dan memperoleh kepercayaan memimpin 250 orang pasukan bersenjata lengkap.

Sementara Cut Nya’ Dien tetap bergerilya di daerah pedalaman. Kemudian Teuku Umar dengan delapan ratus senjata dari Belanda dan uang $18.000 kembali bergabung dengan Cut Nya’ Dien untuk menyerang Belanda.

Dikarenakan perang tak kunjung usai, Belanda meminta saran kepada ahli agama Islam dari Belanda yaitu Dr. C. Snouk Hurgonje.

Lalu dia menyarankan agar golongan Teuku disampingkan, sedang golongan Teungku harus dihadapi dengan kekerasan sampai kalah, dan mengembalikan kepercayaan rakyat dengan memajukan kesejahteraan penduduk.


Masa Akhir Perang Aceh

Belanda bertekad menyelesaikan perang dengan menggunakan nasihat dari Dr. C Snouk Hurgonje.

Untuk itu diangkat Letjol Van Heutz sebagai panglima, kemudian menjadi gubernur militer dan sipil Aceh . Operasi militer dilakukan di banyakk daerah.

Di Meulaboh perlawanan Aceh dilakukan oleh Teuku Umar, namun kemudian beliau tewas dalam pertempuran. Van Heutz memimpin operasi di daerah timur dan berhasih merebut Benteng Batee Hie.

Sementara Sultan yang menyingkir ke pedalaman akhirnya menyerah kepada Belanda pada tahun 1903.

Untuk melemahkan semangat pejuang, Belanda menangkap keluarga Panglima Polem sehingga menyerah kepada Belanda di Lhoksumawe pada tahun 1903.

Raja-raja daerah yang menyerah pada Belanda diwajibkan menandatangani pelakat pendek yang berisi beberapa hal di bawah ini :

  1. Pengakuan kedaulatan Belanda atas daerahnya.
  2. Berjanji tidak akan mengadakan hubungan dengan negara-negara asing.
  3. Patuh kepada Pemerintahan Belanda.

BACA JUGA: ALAT MUSIK TRADISIONAL ACEH

Dampak Dari Perang Aceh

dampak perang aceh
suara.com

Ada beberapa dampak yang diakibatkan dari peperangan Aceh dengan Belanda.

Dampak tersebut tidak hanya terasa pada masa lalu saja. Tapi ada beberapa dampak yang masih terasa hingga sekarang dari peperangan Aceh.

Berikut dampak dari perang Aceh.

Masa Lalu

  • Jendral Kohler tewas dalam pertempuran memperebutkan Masjid Raya.
  • Pada bulan Desember 1873 pasukan Belanda dipimpin oleh Letnan Jendral Van Swieten dapat menduduki istana serta memproklamirkan bahwa kerajaan Aceh sudah takluk.
  • Menguatnya rasa persatuan dan kesatuan diseluruh lapisan masyarakat Indonesia.
  • Banyak korban yang berjatuhan dipihak Aceh, baik itu para pejuang yang ikut berperang, maupun  masyarakat sipil yang tidak tahu apa-apa.
  • Perang yang berlangsung selama kurang lebih 33 tahun, membuat jatuhnya banyak korban dari pihak Aceh juga gugurnya beberapa panglima perang Aceh.
  • Kerajaan-kerajaan Indonesia jatuh ke tangan Belanda.
  • Rakyat Indonesia harus tunduk terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

Masa Sekarang

  • Indonesia masih mempertahankan wilayah-wilayahnya dari berbagai ancaman.
  • Indonesia masih tetap bersatu.
  • Indonesia memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang kuat.

Itulah tadi ulasan mengenai penyebab dan akhir dari perang Aceh. Waualupun di zaman sekarang ini Aceh terlihat seperti daerah yang makmur, ternyata Aceh memiliki masa lalu yang cukup kelam.

Selain itu, Aceh juga pernah mengalami bencana alam tsunami yang menimpa penduduk Aceh pada tahun 2004 silam.

Semoga pembahasan kali ini bisa bermanfaat bagi Sahabat Biru dan bisa menambah wawasan mengenai daerah Serambi Mekkah ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *