Apa sahabat tahu tentang tarian adat Aceh? Apa yang sahabat ketahui tentang Aceh selain tariannya.
Aceh daerah istimewa? Aceh daerah khusus atau daerah di Indonesia dengan umat Islam terbanyak?
Well itu tidak salah. Tapi kali ini saya akan membahas beberapa tarian adat Aceh. Walaupun pada tahun 2004 Aceh sempat mengalami Bencana Tsunami, Aceh masih bisa melestarikan tarian adatnya hingga saaat ini.
Aceh memang mempunyai tarian adat yang cukup banyak. Jadi di sini saya akan membahas beberapa tarian yang gerakannya bisa dibilang sangat cepat.
1. Tari Saman
Tarian Adat Aceh yang satu ini Pasti kebanyakan dari Sahabat Biru sudah tau. Tari Saman adalah tarian asal Aceh yang sudah cukup terkenal. Tarian ini terkenal dengan gerakannya yang sangat kompak dan cepat.
Bagi orang yang baru belajar tarian ini, pasti cukup sulit. Selain harus kompak dan cepat, tarian ini mengharuskan kita untuk duduk melipat kaki. Seperti duduk di antara dua sujud. yang mana duduk seperti itu dalam waktu yang cukup lama cukup pegal.
Asal Usul Dan Sejarah
Nah Tari Saman ini awalnya hanya sebuah tarian rakyat bernama Pok Ane. Tari Saman merupaakan tarian yang berasal dari suku Gayo, Aceh. Tarian ini mulai dikembangkan pada abad ke 14 oleh seorang ulama besar bernama Syekh Saman. Nama tarian ini juga berasal dari nama beliau “Saman”.
Kebudayaan islam yang masuk ke daerah Gayo pada masa itu langsung bercampur dengan permain Pok Ane. Hal ini mempengaruhi nyanyian permainan Pok Ane. Nyanyian yang asalnya hanya bersifat pelengkap, menjadi nyanyian penuh makna dan pujian kepada Allah.
Beberapa gerakan tarian pun ada yang berubah. Mulai dari tepukan hingga gaya duduk. Tari Saman di masa kesultanan Aceh hanya ditampilkan pada saat acara Maulid Nabi Muhammad S.A.W. di surau-surau. Namun pada perkembangannya tarian ini mulai dimainkan di acara-acara seperti pernikanan, khitan, dan acra lainnya hingga sekarang.
Penari Dan Gerakan
Pada awalnya Tari Saman hanya dimainkan oleh laki-laki yang jumlahnya tidak lebih dari 10 orang. 8 orang sebagai penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba.
Namun setelah berkembangnya zaman, Tari Saman bisa ditampilkan oleh banyak orang. Wanita pun yang awalnya tidak boleh ikut menari jadi dibolehkan.
Hal yang membuat kagum ketika melihat tarian ini adalah keharmonisan dalam gerakan tarian yang cepat bersama syair yang mengeringinya.
Nama-nama gerakan di Tari Saman berasal dari bahasa Suku Gayo. Gerakan-gerakan dalam tari saman secara umum terbagi menjadi beberapa unsur. Yaitu gerak guncang, gerak kirep, gerak lingang, gerak surang-saring, gerakan tepuk tangan dan gerak tepuk dada.
Arti dan Makna Tari Saman
Terlepas dari beragam keunikannya. Tari saman bagi masyarakat Aceh memiliki arti dan makna yang sangat dalam. Tarian ini melambangkan tingginya sopan santun, pendidikan, kebersamaan, kekompakan dan kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius.
Nasehat-nasehat dengan makna begitu dalam tersirat kental dalam syair lagu tari ini. Pesan dakwah yang terkandung dalam setiap syairnya juga memiliki nilai tersendiri.
2. Tari Terek Pukat
Tari Terek Pukat ini sedikit unik dari tarian lainnya, karena tarian ini menggunakan jaring atau tali sebagai salah satu propertinya. Tari Terek Pukat ini memang betema tetang pelayar atau panen ikan yang ada di Aceh.
Asal Usul dan Sejarah
Seperti yang kita ketahui, sebagian daerah Aceh di dominasi oleh wilayah pesisir. Maka dari itu Tarian Tarek Pukat terinspirasi dari tradisi menarek pukat atau tradisi menarik jala yang sering dilakukan oleh masyarakat Aceh.
Bagi sebagian nelayan Aceh, salah satu cara menangkap ikan adalah dengan cara menarik jala secara gotong royong. Khususnya bagi masyarak yang berada di daerah pesisir dan berprofesi sebagai nelayan.
Jala yang dilepas di pinggir pantai akan ditarik secara bersama-sama atau Gotong Royong. Hasil yang didapatkan akan di bagi kepada warga yang ikut serta dalam menarik jarring atau pukat tadi.
Tradisi tersebut kemudian ditampilkan dalam sebuah tarian yang disebut dengan Tari Tarek Pukat.
Gerakan dan Penari
Jumlah penari biasanya terdiri dari 7 orang penari atau lebih. Tari Terek Pukat ini biasanya ditampilkan oleh para wanita.
Dalam pertunjukannya penari dibalut dengan busana tradisional serta dihias dengan tata rias yang membuatnya terlihat menarik.
Dengan diiringi kelompok pengiring, penari menari dengan gerakannya yang khas dan menggunakan tali sebagai atribut menarinya.
Tarian Tarek Pukat biasanya diawali dengan gerakan tarian Aceh pada umumnya, yaitu dengan posisi duduk sambil menepuk dada dan paha. Gerakan tersebut dilakukan secara kompak mengikuti irama lagu dan musik pengiring.
Setelah itu dilanjutkan dengan saling mengaitkan tali satu sama lain. Salah satu hal yang menarik dalam tarian ini adalah di akhir tarian. ketika selesai mengaitkan tali satu sama lain, penari akan menarik tali tersebut dan menjadi sebuah rangkaian jaring/jala.
Makna
Tarian ini dimaknai sebagai gambaran semangat kebersamaan masyarakat dan sikap gotong royong yang direfleksikan dalam sebuah tarian.
Selain sebagai sebuah bentuk seni pertunjukan, tarian Tarek Pukat ini juga sebagai bentuk apresiasi terhadap tradisi masyarakat Aceh pesisir. Khususnya saat menangkap ikan di laut.
3. Tari Rapai Geleng
Tarian Rapai Geleng adalah salah satu tarian yang kental dengan nilai-nilai dakwah islam. Secara umum, memang kesenian dalam budaya tradisional Aceh difungsikan sebagai media dakwah. Berbeda dengan tarian Jawa Timur yang lebih condong kepada penghormatan ke Leluhurnya. Dalam hal ini, buah karya seni lebih banyak didominasi oleh seni tari, seperti Tari Rapai Geleng ini.
Dalam fungsinya sebagai media dakwah Islam, Tari Rapai Geleng mengekspresikan nilai-nilai Islam disetiap bagiannya. Mulai dari busana gerakan, hingga syairnya. Selain itu, tarian ini juga turut melambangkan sikap hidup Suku Aceh yang menonjolkan nilai kekompakan dan kebersamaan dalam bermasyarakat.
Nama tarian Rapai Geleng diambil dari alat musik tabuh yang umumnya tersebar di daerah pesisr Aceh. Penggunaan alat musik pukul ini mencakup banyak permainan, salah satunya adalah Rapai Geleng.
Asal Usul dan Sejarah
Kesenian ini telah ada sejak kisaran abad ke-13 bersamaan dengan masuknya agama islam di Aceh. Kesenian Rapai lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pesisir Aceh. Berkembang sebagai media dakwah dimasa kerajaan Islam pertama di Nusantara, yakni Kerajaan Samudera Pasai.
Rapai merupakan alat musik hasil akulturasi budaya islam melalui para ulama dan sudagar islam dari Timur Tengah. Dalam sejarahnya, alat music Rapai dibawa oleh seorang ulama besar Syekh Abdul Qadir Zailani yang meneruskan ajaran gurunya, yakni Syekh Ahmad Rifai dari Badhdad, Irak.
Awalnya, kesenian ini merupakan permainan para santri untuk mengisi kekosongan waktu untuk menghindari kejenuhan dalam belajar agama. Kesenian rapai Geleng mulai dikembangkan sekitar tahun 1965. Namun pengembangnya masih belum diketahui.
Lambat laun Rapai Geleng dijadikan sarana untuk berdakwah karena dianggap menarik. Kesenian ini pun berkembang, bukan hanya di Aceh Selatan tapi juga merambat hingga Aceh Barat Daya.
Gerakan dan Penari
Rapai Geleng dibawakan oleh 10 orang laki-laki atau lebih. 1 orang sebagai penyair dan 9 orang sebagai penari. Penari ini haruslah berjumlah ganjil. Tapi pada perkembangannya. Tari Rapai Geleng juga bisa dibawakan oleh perempuan.
Ada 3 babak dalam penyajiannya :
- Saleuem (salam)
- Kisah (kisah rasul, nabi, raja, dan ajaran agama)
- Lani (penutup)
Tarian ini juga menghadirkan 4 tingkatan gerak :
- Lambat
- Cepat
- Sangat cepat
- Diam
Gerakan ini lah yang bisa disebut sebagai hal yang membuat para penonton tertarik untuk melihatnya. ketika kita disuguhkan dengan gerakan yang sangat cepat, tiba-tiba penyair berhenti dan para penari pun berhenti dengan kompak.
Lantunan syair dan tabuhan Rapai yang para penari pukul juga mengeluarkan ritme yang membuat kita asik mendengarkannya.
Makna
Pada ritme gerakan lambat terkandung pesan bahwa setiap tindakan yang diambil harus melalui pemikiran yang matang. Diperlukan pertimbangan yang seksama, karena setiap keputusan akan diikuti resiko yang harus dihadapi.
Ritme gerakan cepat mengandung pesan penyikapan ketika perbuatan jahat (dimaknai sebagai kesialan nasib) kembali dilakukan oleh individu atau kelompok yang sama. Penyikapan bisa berupa apa saja, namun masih terbatas pada protes keras belaka. Ritme ini disajikan sebentar, lalu disusul ritme selanjutnya.
Ritme gerakan sangat cepat mewakili perang, opsi dalam pola perlawanan tingkat ketiga. Pilihan ini diambil ketika protes tak dihiraukan. Nuansa gemuruh juga didramatisasi oleh tetabuhan rapai. Menghentak bersama syair pesan perlawanan ketika harkat dan martabat bangsa terinjak-injak.
Setelahnya, ada titik disaat semuanya berhenti, termasuk seluruh nyanyian syair. Gerakan diam ini menjadi tanda berakhirnya tarian.
Secara nilai, empat gerakan yang dimaksud adalah miniatur dari karekteristik masyarkat Aceh. Didalamnya terkandung pesan-pesan pola perlawanan terhadap segala bentuk penyerangan pada ekstensi kehidupan agama, politik, social, dan budaya.
Mengenai syair, umumnya, syair yang dibawakan adalah sosialisasi tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi.
4. Tari Ratoeh Duek
Nah kalau tarian adat Aceh yang satu ini hampir mirip dengan Tari Saman. walaupun mirip, tetap saja memiliki perbedaan yang signifikat.
Tari saman hanya bisa dilakukan laki- laki sejak di tetapkan oleh UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Sementara itu, Tari Ratoeh Duek beranggotakan perempuan.
Asal Usul dan Sejarah
ada dasarnya tarian-tarian Aceh terbagi menjadi dua macam, yakni tari duduk dan tari berdiri. Rateeb atau yang dalam bahasa Aceh disebut ratoh merujuk pada kegiatan berdoa atau berdzikir yang dinyanyikan atau diiramakan.
Penari dan Gerakan
penari Ratok Duek hanya menggunakan pakaian polos berwarna dipadu dengan kain songket Aceh. Tari ini disajikan dalam posisi duduk berbanjar dengan pola lantai yang tidak banyak memiliki perubahan, hanya berbentuk horisontal, zig zag. Para penarinya semuanya wanita berjumlah genap yang berjumlah 8-12 orang.
Arti dan Makna
Sebenarnya makna dari tari ini tidak terlalu beda dengan Tari Saman. Nasehat-nasehat dengan makna begitu dalam tersirat kental dalam syair lagu tari. Pesan dakwah yang terkandung dalam setiap syairnya juga memiliki nilai tersendiri.
“YUK CINTAI DAN LESTARIANKAN KESENIAN TRADISIONAL DI INDONESIA!”