Indonesia dengan beraneka ragam jenis seni tari membuat negeri ini kaya akan adat kebudayaan kesenian, terutama di daerah Riau yang memiliki tarian adat melayu.
Dengan mengenal lebih banyak tarian adat di seluruh provinsi di indonesia mudah-mudahan membuat kita lebih mencintai negeri kita ini.
Tradisi di Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia.
Jika sebelumnya saya sudah membahas tentang alat musik, lagu, minuman khas, dan kerajaan Islam yang ada di Riau. Maka pada pembahasan kali ini saya akan membahasan tentang tarian adat Riau.
Tari Makyong

Saat ini tarian makyong sering dipertunjukan sebegai teater tradisional di Riau yang merakyat.
Usia tarian makyong sangatlah tua, yaitu diperkirakan sudah ada hampir seabad yang lalu.
Pada awalnya kesenian makyong ini memang berupa tarian atau ronggeng. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, tarian ini diisi dengan cerita-cerita rakyat, legenda, dan cerita kerajaan.
Kesenian ini sering dipentaskan di desa-desa sekitar pematang sawah ketika padi selesai dipanen, hal itu sudah dilakukan sejak dari dulu.
Di masa kejayaan Kesultanan Riau Lingga tahun 1950-an, makyong pernah dianggap sebagai keseniaan istana.
Di kepulauan Riau zaman dulu, makyong ditemukan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Mantang Arang dan di Tanah Merah.
Di dalam keseniaan ini terdapat unsur agama, adat melayu, dan sandiwara yang menjadikan keseniaan tradisional ini menarik untuk disaksikan.
Lagu yang dibawakan dalam kesenian ini antara lain:
- Tabuh
- Betabik
- Awang Nak Berjalan
- Sedayung Makyong
- Selendang Awang
- Colak Adik Hitam
Berbeda dengan zaman dulu, makyong di zaman ini sering dipentaskan di lapang terbuka yang diberi atap menggunakan bubungan. Bubungan disangga dengan enam buah tiang dan kayu yang dihiasi daun kelapa muda.
Tari Melemang

Setiap pementasan tari melemang para penari mempertunjukkan kecakapannya dengan mengambil satu benda seperti uang receh, sapu tangan, dan lain sebagainya.
Penari mengambil barang tersebut dengan cara “melemang”, yaitu berdiri sambil membongkokkan badan ke arah belakang.
Maka dari itu, tarian ini disebut sebagai melemang, istilah gerakan yang dilakukan dalam tarian.
Tarian adat Riau ini lebih dikenal sebagai tarian Melemang Penaga atau Tari Melemang Bintan Penaga di daerah Tanjung pisau.
Konon katanya tari melemang sudah ada sejak zaman kerajaan Bentan. Ini berarti 12 abad yang lalu tarian ini tecipta. Pada waktu itu, melemang bukan termasuk tarian yang ditampilkan untuk rakyat, tetapi tarian istana.
Penarinya pun para dayang yang berasal dari istina, dan bukanlah rakyat biasa, termasuk daerah yang disebut sebagai Tanjungpisau Penaga. Tarian ini sebagai persembahan ketika Sang Raja sedang beristirahat.
Dalam tarian ini terbagi menjadi beberapa pemeran untuk mempersembahkan tarian. Ada yang berperan sebagai Raja, permaisuri, puteri, dayang-dayang, dan lain sebagainya.
Tarian ini mengisahkan tentang kehidupan Raja di sebuah kerajaan dengan tambahan unsur tari, musik, dan nyanyian yang menghibur Sang Raja.
Tarian yang pernah hidup di zamannya ini bukan berarti sudah terkubur, walaupun kerajaan yang disebut sebagai Bentan memang sudah lama runtuh.
Seiring berjalannya waktu, biasanya kesenian ini hanya tampil pada acara-acara tertentu saja. Contohnya seperti pada festival seni-budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat atau lembaga-lembaga kebudayaan.
Tari melemang diiringi dengan alat musik khas Riau, yaitu akordion, gong, biola, dan tambur. Sedangkan kostum yang dikenakan adalah baju khas Riau yang bernama belanga dan baju kurung.
Tari Manggar

Sebenarnya tidak banyak informasi yang didapat dari tarian ini. Sesuai dari tempat kelahiran tari manggar yaitu Kota Pekanbaru, tarian ini menceritakan tentang sejarah Kota Pekanbaru.
Mengisahkan tentang ditemukannya sebuah kota yang bernama Sena, sekarang kita semua mengenalnya dengan nama Senapelan.
Tarian Persembahan Adat Riau

Nama lain dari tarian persembahan ini adalah tarian makan sirih. Tarian adat Riau yang satu ini termasuk ke dalam tarian klasik dan biasanya ditampilkan ketika menyambut tamu kehormatan.
Tarian adat Riau yang lahir pada tahun 1957 ini memiliki makna yang cukup bagus, makna dari tarian ini adalah ucapan terimakasih kepada tamu yang sudah bersedia datang.
Makna lain dari tarian ini adalah menandakan bahwa masyarakat melayu sangat menghargai kekerabatan antar manusia.
Tarian ini juga memilki ciri khas yang membedakannya dengan tarian lain, yaitu pengajuan tepak sirih kepada tamu yang dihormati untuk memakan sirih.
Jumlah penari yang termasuk dalam tari persembahan sekitar 5-9 orang para muda-mudi yang berbakat. Biasanya jumlah penari adalah ganjil dan ada satu orang yang diistimewakan untuk membawa tepak sirih.
Pemberian tepak sirih ini memiliki filosofi yang tinggi. Jika tamu tidak memakan sirih yang diberikan, tamu tersebut dianggap tidak sopan.
Bahkan pada zaman kerajaan pun, Raja akan sangat marah ketika sirih yang sudah diberikan tidak dimakan.
Busana para penari umumya disesuaikan dengan syariat Islam, yaitu pakaian-pakaina yang menutup aurat.
Busana pun ditambahkan beberapa pernak-pernik khas Melayu seperti anting, dokoh, gelang, dan hiasan rambut untuk perempuan. Sedangkan untuk laki-laki, menggunakan kopiah dan juga songket.
Musik yang digunakan tidaklah jauh dengan suasana khas melayu yang rancak. Berikut contoh penggalan lagu yang dibawakan dalam tarian persembahan makan sirih:
Makan sirih ujunglah ujungan aduhai lah sayang
Kuranglah kapur tambahlah ludah
Hidupku ini untunglah untungan aduhai lah sayang
Sehari lah senang seharilah susah
Tari Zapin

Tari zapin merupakan tarian yang sangat akrab bagi bangsa melayu. Tarian ini tidak hanya ada di Riau saja namun beberapa daerah Melayu Nusantara juga mengenal tari zapin.
Namun ada perbedaan penyebutan terhadap tari zapin ini. Di Riau disebut zapin, daerah Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan menyebutnya dana. Lampung menyebutnya bedana dan di Jawa di sebut Zafin.
Masyarakat Kalimantan menyebutnya Jepin, di Sulawesi disebut jippeng. Tari zapin juga dikenal di Nusa Tenggara yang mana masyarakat di sana menyebutnya dana-dani.
Kata zapin sendiri berasal dari bahasa arab “zafn” yang berarti gerakan kaki dengan rentak pukulan.
Menurut ahli sejarah bahwa tari zapin berasal dari daerah Hadramau, Yaman yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari Arab pada abad 16.
Tari zapin diiringi dengan alat musik petik gambus dan 3 alat musik tabuh yaitu rebana, gendang, dan marwas.
Tari zapin terbagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu : Pembuka, pecahan atau lenggang tari, dan penutup tari.
Sebelumnya tari ini hanya dimainkan oleh laki-laki saja, namun sekarang sudah dimainkan oleh penari wanita dan ada pula yang mengkolaborasikannya antara laki-laki dan perempuan.
Tarian zapin biasanya mengandung unsur agama, nasehat, pujian, dan kehidupan.
Lagu pengiring zapin pertama kali diciptakan oleh Tengku Mansor dan dinyanyikan oleh istrinya Cik Norlia yang berasal dari Singapura.
Diantara lagu-lagu yang diciptakan adalah Ya Salam, Yale-Yale, Tanjung Serindit, Sri Pekan, Lancang Kuning, Gambus Palembang, dan Lancang Daik.
Tari zapin memilki beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
- Zapin Melayu Johor
- Zapin Pulau
- Zapin Arab
- Zapin Singapura
- Zapin Lancang Kuning
- Zapin Tempurung
- Zapin Nelayan
- Zapin Nasib Lancang Kuning
Zapin merupakan tarian yang cukup popular di negeri Melayu. Hampir di setiap acara besar baik itu kenegaraan, adat, dan budaya, tari zapin selalu ditampilkan kepada tetamu yang hadir.
Tari ini juga selalu diajarkan oleh sanggar-sanggar tari yang ada di Riau. Tari zapin tidak hanya dimainkan oleh orang dewasa saja. Namun ada pula anak-anak sekolah baik tingkat SD, SMP, sampai SMA yang menampilkan tarian ini di acara-acara resmi sekolah.
Itu tadi ulasan mengenai tarian adat Riau. Semoga dengan membaca ini Sahabat Biru lebih bisa mengenal berbagai macam tarian adat yang ada di Riau.